kolom iklan

Friday 21 September 2012

Keputusan BM Besuk


KEPUTUSAN MUSYAWARAH BAHTSUL MASA'IL DINIYAH
FORUM SILATURRAHIM MUTAKHORRIJIN
PONDOK PESANTREN "BESUK" KEJAYAN PASURUAN
Jum'at, 1 Muharram 1431 H. / 17-18 Desember 2009 M.
 



JALSAH ULA
Malam Jum'at, 21.00 Wib. – 23.17 Wib.

MUSHOHHEH :
KH. Abdulloh Zaini
KH. Musyaffa' Bishri
KH. Safrijall MS.
KH. Imron AM.

PERUMUS :
Ust. H. Muchib Aman Ali
Ust. H. Baidlowi SM.
Ust. Nur Hasan
Ust. Sholeh Romli
Ust. Abdulloh Bahar

MODERATOR :
Ust. Zainuddin Lathif

NOTULEN :
Ust. Iskandar
M. Mas'ud Sami'an
M. Muchibbin


1.   Deskripsi masalah :
      Banyak di antara penduduk Pulau Madura yang terjun dalam bisnis tembakau. Di antara sekian banyak penduduk itu adalah Dhani dan Andra. Kedua mitra kerja ini memiliki cara tersendiri dalam menjalankan bisnisnya yang berupa : Dhani memberikan uang modal kepada Andra untuk mencari type-type tembakau yang diinginkan dengan memberikan Fee (bonus) tertentu. Dhani berkata kepada Andra: "Carikan saya tembakau sebanyak tiga macam dan ini uangnya, nanti kamu akan saya beri Fee (bonus)". Biasanya macam tembakau ada tiga type:
1.   Tembakau Type A berkisar harga Rp. 10.000 per Kg.
2.   Tembakau Type B berkisar harga Rp. 20.000 per Kg.
3.   Tembakau Type C berkisar harga Rp. 30.000 per Kg.
      Namun pada kenyataannya, setelah Andra membeli macam-macam tembakau yang diperintahkan oleh Dhani, ia bisa mengalami untung dan rugi. la (Andra) bisa untung apabila tembakau yang dibeli sesuai dengan keinginan Dhani, seperti tembakau type A yang semestinya seharga Rp. 10.000 bisa dihargai Rp. 11.000 oleh Dhani, berarti Andra mendapat keuntungan Rp 1.000. dan bisa rugi jika tembakau yang dibeli kurang dicocoki oleh Dhani, seperti tembakau type B yang semestinya seharga Rp. 20.000 bisa dihargai Rp. 19.000. berarti Andra rugi Rp. 1.000 (Andra harus mengembalikan uang Rp. 1.000). Untuk menghindari kerugian, terkadang orang yang disuruh (Andra) mengatakan harga yang tidak sesuai dengan harga yang telah ia beli, semisal, ia membeli tembakau type A dengan harga 10.000, kemudian ia berkata kepada orang yang menyuruh bahwa harga tembakau type A per kg Rp. 11.000.
Keterangan:
1.   Uang modal sepenuhnya dari Dhani.
2.   Selain bisa untung dan rugi, sebenarnya Andra mendapat Fee (bonus) khusus yang telah diberikan oleh Dhani.
Sail : Pondok Pesantren Sidogiri
Pertanyaan:
a.      Termasuk akad apakah transaksi yang dilakukan antara Dhani dan Andra?
Jawaban:
a.   Ada beberapa kemungkinan model dalam transaksi di atas :
a)      Jika kalimat “Carikan saya tembakau sebanyak tiga macam dan ini uangnya, nanti kamu akan saya beri Fee (bonus)".  dalam diskripsi dimaksudkan Dhani menghutangi Andra sejumlah uang yang diserahkan untuk dijadikan sebagai modal pembelian tembakau sesuai dengan yang diinginkan oleh Dhani, maka tergolong akad Qordl. Sedangkan fee yang diberikan Dhani kepada Andra adalah pemberian.
b)      Jika kalimat tersebut dimaksudkan Dhani menyuruh Andra mencarikan tembakau sesuai dengan yang diinginkan, maka tergolong akad wakalah. Adapun kelanjutan transaksi jual beli tembakau yang diperoleh antara Dhani dengan Andra dengan resiko untung rugi sebagaimana dalam diskripsi, hukumnya terperinci dalam jawaban berikutnya.
c)      Jika kalimat diatas dimaksudkan Dhani membeli tembakau kepada Andra sesuai dengan yang diinginkan Dhani, maka tergolong akad Bai’ Fi Dzimmah. Adapun kelanjutan resiko untung rugi yang mungkin diterima oleh Andra, hukumnya diperinci pada jawaban berikutnya.

Referensi:

الأشباه والنظائر للإمام السيوطي ص 111 (ط/الهداية)
القاعدة الخامسة : هل العبرة بصيغ العقود أو بمعانيها ؟ " خلاف : والترجيح مختلف في الفروع : فمنها : إذا قال : اشتريت منك ثوبا صفته كذا بهذه الدراهم ، فقال : بعتك ; فرجح الشيخان : أنه ينعقد بيعا اعتبارا باللفظ , والثاني ورجحه السبكي سلما اعتبارا بالمعنى . ومنها : إذا وهب بشرط الثواب , فهل يكون بيعا اعتبارا بالمعنى أو هبة اعتبارا باللفظ ؟ الأصح الأول .
الأشباه والنظائر للإمام السيوطي ص 67 (ط/الهداية)
( تنبيه ) : إنما يتجاذب الوضع والعرف في العربي . أما الأعجمي فيعتبر عرفه قطعا ; إذ لا وضع يحمل عليه . فلو حلف على البيت بالفارسية ، لم يحنث ببيت الشعر . ولو أوصى لأقاربه لم يدخل قرابة الأم في وصية العرب ويدخل في وصية العجم .
أسنى المطالب شرح روض الطالب 4/347 (ط/دار الكتب العلمية)
( باب ) ( القرض ) هو بفتح القاف أشهر من كسرها يطلق اسما بمعنى الإقراض وهو تمليك الشيء على أن يرد بدله ، وسمي بذلك ؛ لأن المقرض يقطع للمقترض قطعة من ماله ويسميه أهل الحجاز سلفا ( هو قربة ) لأن فيه إعانة على كشف كربة .
( الإقراض ) وهو تمليك الشيء على أن يرد بدله . وسمي بذلك ; لأن المقرض يقطع للمقترض قطعة من ماله , وتسميه أهل الحجاز سلفا ( مندوب ) إليه بقوله تعالى { وافعلوا الخير }.
حاشية الباجوري على ابن قاسم الغزي 1/385-386 (ط/الهداية)
( فصل ) في أحكام الوكالة وهي بفتح الواو وكسرها في اللغة التفويض ، وفي الشرع تفويض شخص شيئا له فعله مما يقبل النيابة إلى غيره ليفعله حال حياته ، وخرج بهذا القيد الإيصاء .
البجيرمي على الخطيب 3/456 (ط/دار الكتب العلمية)
فصل : في الوكالة هي بفتح الواو وكسرها لغة التفويض -إلى أن قال- وشرعا تفويض شخص ما له فعله مما يقبل النيابة إلى غيره ليفعله في حياته . قوله : ( تفويض شخص ما له فعله إلخ ) هذا التعريف لا يشمل الصور المستثناة الآتية فهو جري على الغالب . قوله : ( مما يقبل النيابة ) أي شرعا والمراد بها ما ليس بعبادة , فلا دور خلافا لمن زعمه ا هـ ابن حجر . ووجه الدور أن النيابة هي الوكالة وقد أخذت في تعريفها فخرج الصلاة والصوم . قوله : ( ليفعله في حياته ) خرج الإيصاء .
بغية المسترشدين ص 148 (ط/الهداية)
( مسئلة ب ) وكل آخر في شراء شيء وقال له : أدّ الثمن قرضا عليّ أو أعطاه إياه فتصرف فيه بإذن الموكل أو علم رضاه ، ثم اشترى ما وكل فيه في ذمته بنية الموكل ، فالذي يظهر أنه يقع للموكل في الصورتين وإن لم يسمه في صلب العقد ، إذ التسمية غير شرط للصحة كما في التحفة .
حاشية الباجوري على ابن قاسم الغزي 1/341-342 (ط/الهداية)
( و ) الثاني من الأشياء ( بيع شيء موصوف في الذمة ) ويسمى هذا بالسلم ( فجائز إذا وجدت ) فيه ( الصفة على ما وصف ) به . (قوله ويسمى هذا بالسلم) هذا مبني على القول بأن البيع في الذمة سلم ولو بلفظ البيع وهو ضعيف ، والمعتمد أنه لا يكون سلما إلا إذا كان بلفظ السلم أو السلف . وأما إذا كان بلفظ البيع فهو بيع ، لا سلم فلا تجري فيه أحكام السلم من اشتراط قبض رأس المال في المجلس وعدم صحة الحوالة به وعليه ونحو ذلك .
حاشية الباجوري على ابن قاسم الغزي 1/352-353 (ط/الهداية)
( فصل في أحكام السلم ) وهو والسلف لغة بمعنى واحد وشرعا بيع شيء موصوف في الذمة . (قوله بيع شيء موصوف في الذمة) أي بلفظ السلم أو السلف وإلا فهو من البيع على المعتمد ، ولذلك قال الماوردي : ليس لنا عقد يتوقف على لفظ مخصوص إلا ثلاثة : السلم والكتابة والنكاح ، لكن الشارح ترك ذلك لكونه جاريا على الضعيف القائل بأنه يكون سلما وإن كان بلفظ البيع كما مر .
البجيرمي على الخطيب 3/277 (ط/دار الكتب العلمية)
( و ) الثاني ( بيع شيء ) يصح السلم فيه ( موصوف في الذمة )  بلفظ السلم ( فجائز إذا وجدت الصفة ) المشروط ذكرها فيه ( على ما وصفت به ) العين المسلم فيها مع بقية شروطه الآتية في بابه . قوله : ( موصوف في الذمة ) الذمة معناها لغة العهد والأمان وشرعا معنى قائم بالذات يصلح للإلزام من جهة الشارع والالتزام من جهة المكلف ق ل . قوله : ( بلفظ السلم ) لو قال : ولو بلفظ السلم لكان صوابا ; قاله ق ل . وقال بعضهم : كان الأولى حذفه كما تقدم ؛ لأن السلم له أحكام والبيع في الذمة له أحكام , فأحكام السلم يشترط قبض رأس المال في المجلس ولا يصح الاستبدال عنه ولا الحوالة به ولا عليه , ويصح ذلك كله في الثمن في البيع في الذمة فلا يشترط فيه قبض الثمن في المجلس .






















JALSAH TSANIYAH
Jum'at Pagi, 08.47 Wib. – 11.02 Wib.

MUSHOHHEH :
KH. Musyaffa' Bishri
KH. Safrijall MS.

PERUMUS :
Ust. H. Muchib Aman Ali
Ust. Nur Hasan
Ust. Sholeh Romli
Ust. Abdulloh Bahar

MODERATOR :
Mas Alaika Asrori
Ust. Zainuddin Lathif

NOTULEN :
Ust. Iskandar
M. Mas'ud Sami'an
M. Muchibbin

Pertanyaan:
b.      Dengan alasan untuk menghindari kerugian, bolehkah Andra menaikkan harga tembakau yang kurang dicocoki oleh Dhani sebagaimana dalam deskripsi masalah?
Jawaban:

            Seharusnya, jika transaksi antara Dhani dan Andra model pertama dalam jawaban A (qordl), Andra dapat menentukan harga sesuai yang dikehendaki, tanpa harus berbohong, karena tembakau yang dia beli milik dia sendiri. Jual beli antara Dhani dan Andra, dapat dilakukan dengan istibdal, yakni Andra menjual tembakaunya dibeli dengan tanggungan hutang yang harus dia bayarkan kepada Dhani.

            Pada transaksi model kedua (akad wakalah), seharusnya diperinci sebagai berikut:
1)   Andra (wakil) membeli tembakau dengan cara fi dzimmah. Jika demikian, maka diperinci sebagai berikut:
a)   Tembakau yang dibeli sesuai dengan yang disebutkan oleh Dhani (muwakkil), jika demikian, tembakau tersebut menjadi milik Dhani, karena dalam pertanyaan, Dhani tidak menentukan model jual beli (mu’ayan atau fi dzimmah) yang harus di lakukan oleh Andra. Selanjutnya Dhani harus menerima tembakau yang dibeli oleh Andra. Jika terjadi kerusakan tanpa ada unsur kesengajaan atau keteledoran, wakil tidak bertanggungjawab. Jika terjadi kerusakan sebelum penyerahan karena kesengajaan atau keteledoran, maka wakil harus bertanggungjawab atas kerusakan atau penyusutan nilai.
b)   Tembakau yang dibeli tidak sesuai dengan yang disebutkan oleh Dhani, jika demikian, maka tembakau yang dia beli menjadi miliknya sendiri, oleh karenanya, seharusnya wakil (Andra) wajib mengembalikan uang yang telah diberikan oleh Dhani jika masih ada, atau mengganti uang Dhani yang telah dia pergunakan untuk membeli tembakau, kemudian jika keduanya bersepakat, tembakau tersebut diserahkan kepada Dhani dengan akad jual beli, yakni Andra menjual kepada Dhani dengan harga yang disepakati, dibeli dengan uang Dhani yang masih berada di tangan Andra, atau dengan cara istibdal jika uang Dhani telah terpakai untuk membeli tembakau, yakni Andra menjual tembakau di beli dengan tanggungan uang yang dikembalikan wakil kepada Dhani.
2)   Andra (wakil) membeli tembakau secara mu’ayyan, jika demikian maka diperinci sebagai berikut:
a)      Tembakau yang di beli sesuai dengan yang disebutkan oleh Dhani dan dibeli menggunakan uang dari Dhani, maka tembakau menjadi milik Dhani dan harus diserahkan kepada Dhani, dan Dhani harus menerima. Jika terjadi kerusakan tanpa ada unsur kesengajaan atau keteledoran, wakil tidak bertanggungjawab. Jika terjadi kerusakan sebelum penyerahan karena kesengajaan atau keteledoran, maka wakil harus bertanggungjawab atas kerusakan atau penyusutan nilai.
b)      Tembakau yang dibeli tidak sesuai dengan yang disebutkan oleh Dhani dan dibeli mengunakan uang Dhani, jika demikian, jual beli tidak sah, tembakau harus dikembalikan kepada penjual, uang dikembalikan kepada Dhani.  Jika dibeli tidak menggunakan uang Dhani, maka jual beli sah dan tembakau menjadi milik Andra tetapi Andra wajib mengembalikan uang Dhani jika masih ada atau menggantinya jika sudah tidak ada. Kemudian dapat dilakukan upaya kesepakatan jual beli atau istibdal sebagaimana di atas.

            Pada transaksi model ketiga (bai’ fi dzimmah), tembakau yang diberikan oleh Andra kepada Dhani adalah mabi’ yang seharusnya harus di terima oleh Dhani jika sesuai dengan kriteria yang disebukan oleh Dhani. 

      Tambahan:
      Untuk mempermudah praktek transaksi diatas, cara yang paling mudah dan sederhana adalah dengan akad qordl, yakni Dhani menghutangkan sejumlah uang kepada Andra sebagai modal untuk membeli tembakau yang nanti akan dibeli oleh Dhani.
Referensi:

مغنى المحتاج إلى معرفة ألفاظ المنهاج 2/473
( وإذا سلم البائع ) بإجبار أو بدونه ( أجبر المشتري ) على التسليم في الحال ( إن حضر الثمن ) في المجلس ; لأن التسليم واجب عليه ولا مانع منه ، وإذا أصر المشتري على الامتناع لا يثبت للبائع حق الفسخ كما سيأتي في كتاب الفلس . والمراد بحضور الثمن حضور عينه إن كان معينا أو نوعه الذي يقضى منه إن كان في الذمة ، فإن ما في الذمة قبل قبضه لا يسمى ثمنا إلا  مجازا.
حاشية إعانة الطالبين 3/246 (ط/الهداية)
( فائدة ) الكذب حرام ، وقد يجب كما إذا سأل ظالم عن وديعة يريد أخذها فيجب إنكارها وإن كذب . (قوله وقد يجب الخ) قال في الإحياء : والضابط في ذلك أن كل مقصود محمود يمكن التوصل إليه بالصدق والكذب جميعا ، فالكذب فيه حرام أو بالكذب وحده فمباح إن أبيح تحصيل ذلك المقصود وواجب إن وجب كما لو رأى معصوما اختفى من ظالم يريد قتله أو إيذاءه لوجوب عصمة دمه أو سأله ظالم عن وديعة يريد أخذها ، فإنه يجب عليه إنكارها وإن كذب ، بل لو استحلف لزمه الحلف ويوري وإلا حنث ولزمته الكفارة ، وإذا لم يتم مقصود حرب أو إصلاح ذات البين أو استمالة قلب مجنى عليه إلا بكذب أبيح ، ولو ساله سلطان عن فاحشة وقعت منه سرا كزنا وشرب خمر ، فله أن يكذب ويقول ما فعلت ، وله أن ينكر سر أخيه اهـ.
نهاية المحتاج إلى شرح المنهاج 5/46-47 (ط/دار الفكر)
( ولو ) ( أمره بالشراء بمعين ) أي بعين مال كما في المحرر كاشتر بعين هذا ( فاشترى في الذمة لم يقع للموكل ) لمخالفته إذ أمره بعقد ينفسخ بتلف المدفوع حتى لا يطالب الموكل  بغيره فأتى بضده للوكيل بل وإن صرح بالسفارة ( وكذا عكسه في الأصح ) بأن قال : اشتر في الذمة وسلم هذا في ثمنه فاشترى بعينه فإنه لا يقع للموكل وكذا لا يقع للوكيل أيضا لأنه أمره بعقد لا ينفسخ بتلف المقابل فخالفه وقد يقصد تحصيله بكل حال فلا نظر هنا لكونه لم يلزم ذمته بشيء . والثاني يقع له لأنه زاد خيرا حيث لم يلزم ذمته شيئا , ولو دفع له شيئا وقال : اشتر كذا تخير بين الشراء بعينه وفي الذمة لتناول الشراء لهما , أو اشتر بهذا تخير أيضا على المعتمد خلافا للإمام وأبي علي الطبري ( ومتى ) ( خالف ) الوكيل ( الموكل في بيع ماله ) أي الموكل بأن باعه على غير الوجه المأذون فيه ( أو ) في ( الشراء بعينه ) كأن أمره بشراء ثوب بهذا فاشتراه بغيره : أي بعينه من مال موكله أو بشراء في الذمة فاشترى بالعين ( فتصرفه باطل ) لانتفاء إذن الموكل فيه وكذا لو أضاف لذمة الموكل مخالفا له ( ولو اشترى في الذمة ) مع المخالفة كأن أمره بشراء عبد في الذمة بخمسة فزاد أو بالشراء بعين هذا فاشترى في الذمة ( ولم يسم الموكل وقع ) الشراء ( للوكيل ) دون الموكل وإن نواه لأنه المخاطب والنية غير مؤثرة مع مخالفة الإذن ( وإن سماه فقال البائع : بعتك فقال : اشتريت لفلان ) أي موكله ( فكذا ) يقع للوكيل ( في الأصح ) وتلغو تسمية الموكل في القبول لأنها غير معتبرة في الصحة . فإذا وقعت مخالفة للإذن من غير عذر لغت , والثاني يبطل العقد لتصريحه بإضافته للموكل وقد امتنع إيقاعه له فألغي .
( قوله : كاشتر بعين هذا ) وحينئذ فيتعين على الوكيل الشراء بتلك العين , فلو اشترى في الذمة لم يقع للموكل , بخلاف ما لو حذف لفظة " عين " كأن قال : اشتر بهذا الدينار أو اشتر لي بدينار أو اشتر كذا فإنه يتخير بين الشراء بعين الدينار المدفوع إليه والشراء في الذمة , وعلى كل فيقع الشراء للموكل فإن نقد الوكيل دينار الموكل فظاهر , وإن نقده من مال نفسه برئ الموكل من الثمن ولا رجوع للوكيل عليه ويلزمه رد ما أخذه من الموكل إليه , وهذا ظاهر إن نقد بعد مفارقة المجلس , أما لو اشترى في الذمة لموكله ودفع الثمن من ماله قبل مفارقة المجلس فهل الحكم كذلك  أو يقع العقد للوكيل وكأنه سمى ما دفعه في العقد لقولهم : الواقع في المجلس كالواقع في العقد ؟ فيه نظر , والأقرب الأول لصحة العقد بمجرد الصيغة وحصول الملك للموكل بذلك , وقولهم : إن الواقع في المجلس كالواقع في صلب العقد غير مطرد ( قوله : بل للوكيل ) أي بل يقع للوكيل ( قوله : وإن ) غاية ( قوله مخالفا له ) أي بأن قال له اشتر بالعين أو في ذمتك فأضاف لذمة الموكل , وقضيته أنه لو قال : اشتر في الذمة وأطلق لم يمتنع الشراء في ذمة الموكل لكن في حاشية الزيادي ما يقتضي خلافه حيث قال قوله في ذمته أولى من تعبير أصله بالذمة لتنصيصه على أن المراد ذمة الوكيل لأنه لو اشترى في ذمة الوكيل لم يصح العقد ا هـ . وقد يقال : لا مخالفة بينهما لأن ما ذكره الزيادي مفروض فيما لو خالف في الشراء في الذمة بأن قال : اشتر بخمسة فاشترى بعشرة في ذمة الموكل فلا سبيل إلى وقوعه للوكيل لتنصيصه على ذمة الموكل ولا للموكل بالعشرة للمخالفة فتعين البطلان ( قوله وتلغو تسمية الموكل ) ظاهره وإن صدقه البائع في أنه اشترى لموكله , وفي حج أنه حيث صدقه وحلف الموكل على نفي الوكالة بطل العقد وأقره سم .
تحفة المحتاج في شرح المنهاج 4/407-408 (ط/دار إحياء التراث العربي)
( والجديد جواز الاستبدال ) في غير ربوي بيع بمثله من جنسه لتفويته ما شرط فيه من قبض ما وقع العقد به ولهذا امتنع الإبراء منه , وما أوهمه كلام ابن الرفعة من جوازه فيه غلطه فيه الأذرعي ( عن الثمن ) النقد , أو غيره الثابت في الذمة , ولو قبل قبض المبيع لكن بعد لزوم العقد لا قبله للحديث الصحيح فيه وقيس بما فيه غيره وكالثمن كل دين مضمون بعقد كأجرة وصداق وعوض خلع وفارقت المثمن بأنه تقصد عينه , ونحو الثمن تقصد ماليته , ولا يصح هنا , وفيما يأتي استبدال مؤجل عن حال , ويصح عكسه , وكان صاحب المؤجل عجله فعلم جواز الاستبدال بدين حال ملتزم الآن لا بدين ثابت له قبل , وإلا كان بيع دين بدين , وشرط الاستبدال لفظ يدل عليه صريحا أي : أو كناية مع النية كأخذته عنه , والثمن النقد إن وجد في أحد الطرفين  وإلا فما اتصلت به الباء وإلا من مقابله نعم الأوجه ما لو باع قنة مثلا بدراهم سلما أنه لا يصح الاستبدال عنها , وإن كانت ثمنا ; لأنها في الحقيقة مسلم فيها فليقيد بذلك إطلاقهم صحة الاستبدال عن الثمن ( فإن استبدل موافقا في علة الربا كدراهم عن دنانير اشترط قبض البدل في المجلس ) حذرا من الربا ( والأصح ) أنه ( لا يشترط التعيين ) للبدل ( في العقد ) أي : عقد الاستبدال بأن يقول هذا لجواز الصرف عما في الذمة ( وكذا ) لا يشترط ( القبض في المجلس إن استبدل مالا يوافق في العلة ) للربا ( كثوب عن دراهم ) إذ لا ربا لكن يشترط تعيين الثوب في المجلس قيل كان ينبغي أن يقول كطعام عن دراهم ; لأن الثوب غير ربوي فلا يصح أن يقال : إنه لا يوافق الدراهم في علة الربا ا هـ وليس بسديد لإطلاقهم على كل من ثوب , أو طعام بدراهم أنهما مما لم يتوافقا في علة الربا وكأنه غفل عما هو مشهور وأن السالبة تصدق بنفي الموضوع










JALSAH TSALITSAH
Jum'at Siang, 13.00 Wib. – 16.00 Wib.

MUSHOHHEH :
KH. Musyaffa' Bishri
KH. Safrijall MS.
KH. Imron AM.

PERUMUS :
Ust. H. Muchib Aman Ali
Ust. H. Badrussalam
Ust. H. Baidlowi SM.
Ust. Nur Hasan
Ust. Sholeh Romli
Ust. Abdulloh Bahar

MODERATOR :
Ust. Badri Syarif

NOTULEN :
Ust. Iskandar
M. Mas'ud Sami'an
M. Muchibbin

Pertanyaan:
c.       Bila ternyata akad yang dilakukan merupakan akad yang tidak sah, Adakah solusi yang dapat mengesahkan akad tersebut ? mengingat hal ini sudah banyak terjadi di Pulau Madura.
Jawaban:
c.   Sudah tercakup pada jawaban diatas.
Referensi:


2.   Deskripsi masalah :
      Sering kita jumpai di masyarakat, orang–orang menyerahkan hewan kurban ke masjid dan atau kepada ta'mir masjidnya. Di antara sighot yang disampaikan oleh orang yang mau berkurban "Hewan kurban ini saya serahkan ke masjid” Atau ”hewan kurban ini saya serahkan kepada ta'mir masjid”. Hewan yang sudah diterima terkadang ditempatkan di halaman masjid, begitu pula menyembelih, memboleng dan membagi–bagikan dagingnya. orang–orang yang terkait dengan penyembelihan kurban tersebut biasanya tak lepas dengan pemanfaatan fasilitas milik masjid, seperti menggunakan alat–alat, air jeding masjid, alas dan lain sebagainya.
Sail : Fath al-Mu’in Pondok Pesantren Besuk
Pertanyaan :
a.      Bagaimana hukum menyembelih, menempatkan, memboleng dan membagi-bagikan daging kurban di halaman masjid sebagaimana dalam deskripsi masalah?
Jawaban:
a.   Mauquf.
Referensi:



No comments:

Post a Comment