AYAT AL QURAN TENTANG IBADAH
Surah Al-bayyinah ayat 5
وﻤﺎ ﺃ ﻤﺮوﺍﺇﻻ ﻟﯾﻌﺑﺪوﺍﺍﷲ ﻤﺨﻟﺼﯾﻦ ﻟﻪ ﺍ ﻟﺪ ﯾﻦ ﺤﻨﻓﺎﺀ وﯾﻘﯾﻤوﺍﺍ ﻟﺼﻟوﺓ وﯾﺅﺘوﺍﺍﻟﺯﻛوﺓۚ وﺬا ﻟﻙ ﺪ ﯾﻥ ﺍ ﻟﻘﯾﻣﺔ
a.Arti kata/
Mufrodat
Lafadh/ kalimat
|
Arti/ terjemahan
|
مخلصين
|
Mengikhlaskan/ memurnikan
|
حنفاء
|
Lurus
|
يؤتون
|
Menunaikan/ membayar
|
القيمة
|
Lurus
|
b. Artinya: Padahal mereka tidak disuruh kecuali
supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam
(menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan
zakat; dan yang demikian Itulah agama yang lurus.(Qs. Al-Bayyinah: 5)
c. Asbabun Nuzul
Karena adanya perpecahan di kalangan mereka maka pada
ayat ini dengan nada mencerca Allah menegaskan bahwa mereka tidak diperintahkan
kecuali untuk menyembah Allah. Perintah yang ditujukan kepada mereka adalah
untuk kebaikan dunia dan agama mereka, untuk mencapai kebahagiaan dunia dan
akhirat, yang berupa ikhlas lahir dan batin dalam berbakti kepada Allah dan
membersihkan amal perbuatan dari syirik serta mematuhi agama Nabi Ibrahim yang
menjauhkan dirinya dari kekafiran kaumnya kepada agama tauhid dengan
mengikhlaskan ibadat kepada Allah SWT.
d. Tafsir & Sarah surah Al-Bayyinah ayat 5
Ayat tersebut di atas tentang keikhlasan beribadat serta
menjauhkan diri dari syirik, mendirikan salat dan mengeluarkan zakat itulah
yang dimaksud dengan agama yang lurus yang tersebut dalam kitab-kitab suci
lainnya.
Maksud ungkapan-ungkapan yang telah lalu bahwa
orang-orang ahli Kitab berselisih dalam memahami dasar-dasar agama mereka dan
furuk-furuknya, padahal mereka diperintahkan untuk memperhambakan diri kepada
Allah dengan tulus ikhlas dalam akidah.
Yang dimaksud mendirikan shalat adalah merupakan ibadah
jasmani yang mulia. mengerjakan terus-menerus setiap waktu dengan memusatkan
jiwa kepada kebesaran Allah ketika salat. Dan yang dimaksud dengan mengeluarkan
zakat yaitu berbuat baik kepada kaum fakir miskin dan orang-orang yang
membutuhkan. Adapun agama yang lurus yaitu agama yang berdiri tegak lagi adil
atau ummat yang lurus dan tidak menyimpang.
Bahwasanya Allah SWT memerintahkan kepada umat manusia supaya menyembah
kepada-Nya, dengan cara memurnikan agama Islam, supaya mereka tidak termasuk
orang-orang kafir karena orang kafir merupakan seburuk-buruk makhluk Allah SWT,
sebagaimana yang diterangkan dalam ayat selanjutnya.
E. Problematika sekarang
* Orang menyembah Allah sekarang ada
pamrihnya.
* Keihlasan
zaman sekarang hanya terucap dalam lisan.
* Masih
banyaknya orang yang meniggalkan Sholat dan Zakat.
f. Kesimpulan yang terkandung dalam surah Al-Bayyinah ayat 5
a.
Manusia diciptakan hanya untuk menyembah kepada Allah SWT
b.
Manusia diwajibkan mengingat Allah SWT diwaktu berdiri, duduk, maupun berbaring.
c.
Menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dengan menjauhkan
diri dari sifat-sifat kemusyrikan. Artinya menjalankan agama haruslah dengan
lurus, yaitu jauh dari syirik dari kesesatan-kesesatan.
Surah Ad-Dzariyat ayat 56
وَمَا خَلَقْتُ
الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
a. Arti kata/ Mufrodat
Lafadh/ kalimat
|
Arti/ terjemahan
|
خلقت
|
Telah menciptakan
|
الجن
|
Jin
|
الإنس
|
Manusia
|
ليعبدون
|
Untuk menyembah
|
b.Artinya: Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
mengabdi kepada-Ku, (Qs. Ad-Dzariyat: 56).
c. Asbabun Nuzul
Ketika para malaikat mengetahui bahwa Allah SWT akan
menciptakan khalifah di muka bumi. Allah SWT menyampaikan perintah-Nya kepada
mereka secara terperinci. Dia memberitahukan bahwa Dia akan menciptakan manusia
dari tanah. Maka ketika Dia menyempurnakannya dan meniupkan roh di dalamnya,
para malaikat harus bersujud kepadanya. Yang harus dipahami bahwa sujud
tersebut adalah sujud penghormatan, bukan sujud ibadah, karena sujud ibadah
hanya diperuntukkan kepada Allah SWT.
d Tafsir surah
Ad-Dzariyat ayat 56
Maksud ayat tersebut adalah Allah
menciptakan manusia dengan tujuan untuk menyuruh mereka beribadah kepada-Nya,
bukan karena Allah butuh kepada mereka. Ayat tersebut dengan
gamblang telah menjelaskan bahwa Allah Swt dengan menghidupkan manusia di dunia
ini agar mengabdi / beribadah kepada-Nya. Bukan sekedar untuk hidup kemudian
menghabiskan jatah umur lalu mati.
Shihab (2003:356),
Ibadah terdiri dari ibadah murni (mahdhah) dan ibadah tidak murni (ghairu
mahdhah). Ibadah mahdhah adalah ibadah yang telah ditentukan oleh Allah,
bentuk, kadar, atau waktunya, seperti shalat, zakat, puasa dan haji. Ibadah
ghairu mahdhah adalah segala aktivitas lahir dan batin manusia yang
dimaksudkannya untuk mendekatkan diri kepada Allah.
Berdasarkan ayat tersebut, dengan mudah manusia bisa
mendapat pencerahan bahwa eksistensi manusia di dunia adalah untuk melaksanakan
ibadah / menyembah kepada Allah Swt dan tentu saja semua yang berlaku bagi
manusia selama ini bukan sesuatu yang tidak ada artinya. Sekecil apapun
perbuatan itu. Kehadiran manusia ke bumi melalui proses kelahiran, sedangkan
kematian sebagai pertanda habisnya kesempatan hidup di dunia dan selanjutnya
kembali menghadap Allah untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya semasa hidup
di dunia.
Syaikul Islam, Ibnu Taimiyah (dalam Nur Hasanah, 2002),
memandang bahwa makna ibadah lebih dalam dan luas. Makna ibadah sampai pada
unsur yang rumit sekalipun. Unsur yang sangat penting di dalam mewujudkan
ibadah ialah sebagaimana yang telah diperintahkan oleh Allah SWT yaitu unsur
cinta. Tanpa unsur cinta tersebut, mustahil tujuan pokok diciptakan manusia,
para rasul diutus, diturunkan kitab-kitab, ialah hanya untuk berbiadah kepada Allah
SWT dapat tercapai.
e.Problematika
sekarang
*Banyak orang
menganggap bekerja dan uang adalah segalanya.
*Bekerja dan
berusaha tanpa ada niat beribadah kepada Allah.
*Banyak orang sudah
melupakan hakikat tujuan manusia diciptakan.
f.Kesimpulan didikan yang
terkandung dalam surah Ad-Dzariyat ayat 56
-Ketika Allah
memerintahkan kepada manusia untuk saling memberi peringatan kepada sesamanya,
karena memberi peringatan membuahkan manfa’at bagi dirinya sendiri lebih-lebih
terhadap orang-orang beriman, disamping itu pula pada ayat sesudahnya juga
Allah memberikan peringatan mengenai tujuan diciptakan manusia yakni untuk
menyembah kepada Allah SWT.
- Jin dan manusia dijadikan Allah swt untuk tunduk dan merendahkan diri
kepada-Nya.
- Menguatkan perintah kepada manusia untuk selalu berzikir dan beribadah
kepada Allah swt.
SURAT AL LUQMAN AYAT
13-17
TEKS AYAT
A.
وَإِذْ قَالَ لُقْمَانُ لِابْنِهِ
وَهُوَ يَعِظُهُ يَا بُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللَّهِ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ
عَظِيمٌ (13) وَوَصَّيْنَا الْإِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُ وَهْنًا
عَلَى وَهْنٍ وَفِصَالُهُ فِي عَامَيْنِ أَنِ اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ إِلَيَّ
الْمَصِيرُ (14) وَإِنْ جَاهَدَاكَ عَلَى أَنْ تُشْرِكَ بِي مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ
عِلْمٌ فَلَا تُطِعْهُمَا وَصَاحِبْهُمَا فِي الدُّنْيَا مَعْرُوفًا وَاتَّبِعْ
سَبِيلَ مَنْ أَنَابَ إِلَيَّ ثُمَّ إِلَيَّ مَرْجِعُكُمْ فَأُنَبِّئُكُمْ بِمَا
كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ (15) يَا بُنَيَّ إِنَّهَا إِنْ تَكُ مِثْقَالَ حَبَّةٍ مِنْ
خَرْدَلٍ فَتَكُنْ فِي صَخْرَةٍ أَوْ فِي السَّمَاوَاتِ أَوْ فِي الْأَرْضِ يَأْتِ
بِهَا اللَّهُ إِنَّ اللَّهَ لَطِيفٌ خَبِيرٌ (16) يَا بُنَيَّ أَقِمِ الصَّلَاةَ
وَأْمُرْ بِالْمَعْرُوفِ وَانْهَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَاصْبِرْ عَلَى مَا أَصَابَكَ
إِنَّ ذَلِكَ مِنْ عَزْمِ الْأُمُورِ (17
B.
ARTI MUFRODAT
وَإِذْ قالَ لُقْمانُ لِابْنِهِ : ingatlah
ketika Lukman berkata kepada anaknya. Nama anaknya adalah An’am, Asykam, Matan, atau Tsaran menurut riwayat
Suhayli.
وَهُوَ يَعِظُهُ : ia
member pelajaran kepadanya. Mau’izhah (pelajaran) adalah mengingatkan kebaikan
dengan cara lembut yang dapat melunakkan hati.
يا بُنَيَّ : bentuk
tashghir dari ibni untuk menunjukkan kerinduan dan kecintaan.
إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ
عَظِيمٌ : sesungguhnya
mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kelaliman yang besar. Kelaliman
(zhalim) adalah meletakkan sesuatu bukan
pada tempatnya. Syirik dikatakan zhalim, karena syirik menyamakam antara
pemberi nikmat satu-satunya dengan bukan pemberi nikmat.
وَوَصَّيْنَا الْإِنْسانَ : yakni kami perintahkan dan
kami wajibkan.
بِوالِدَيْهِ : yakni untuk berbuat baik
kepada keduanya.
وَهْناً : kelemahan.
عَلى وَهْنٍ : di atas kelemahan
وَفِصالُهُ : menyapihnhya.
فِي عامَيْنِ : dalam
dua tahun. Ini merupakan dalil bahwa waktu menyusui paling lama adalah dua
tahun.
أَنِ اشْكُرْ لِي وَلِوالِدَيْكَ
: ini merupakan penjelasan
atas : وصيّنا
الْمَصِيرُ : tempat
kembali, maka Aku akan menghisabmu atas kesyukuran atau kekufuran.
ما لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ : sesuatu
yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu
فَلا تُطِعْهُما : maka
janganlah kamu mengikuti keduanya (dalam hal itu).
مَعْرُوفاً : dengan
baik
وَاتَّبِعْ سَبِيلَ مَنْ أَنابَ إِلَيَّ
: dan
ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, yakni kembali kepada-Ku dengan
mentauhidkan dan mentaati-Ku dan mentaati Rasul-Ku.
فَأُنَبِّئُكُمْ بِما كُنْتُمْ
تَعْمَلُونَ : maka Ku-beritakan
kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.
إِنَّها إِنْ تَكُ مِثْقالَ حَبَّةٍ : sesungguhnya
jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi
يَأْتِ بِهَا اللَّهُ : niscaya
Allah akan mendatangkannya (membalasinya)
لَطِيفٌ خَبِيرٌ : Maha
Halus lagi Maha Mengetahui.
وَاصْبِرْ عَلى ما أَصابَكَ : bersabarlah
terhadap apa yang menimpa kamu.
مِنْ عَزْمِ الْأُمُورِ:
termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).
C. TERJEMAH AYAT
13. Dan
(ingatlah) ketika Lukman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran
kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan (Allah)
sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kelaliman yang
besar".
14. Dan
Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya;
ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan
menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu
bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.
15. Dan
jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada
pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan
pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang
kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, maka Ku-beritakan
kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.
16.
(Lukman berkata): "Hai anakku, sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan)
seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi,
niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha
Halus lagi Maha Mengetahui.
17. Hai
anakku, dirikanlah salat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan
cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang
menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan
(oleh Allah).
18. Dan
janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah
kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.
19. Dan
sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya
seburuk-buruk suara ialah suara keledai.
D. Asbabun nuzul & sarah
Penjelasan ayat 13
(وَإِذْ قَالَ لُقْمَانُ
لابْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ يَا بُنَيَّ لا تُشْرِكْ بِاللَّهِ إِنَّ الشِّرْكَ
لَظُلْمٌ عَظِيمٌ/
Dan
(ingatlah) ketika Lukman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran
kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan (Allah)
sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kelaliman yang
besar".)
Pada ayat ini, Allah SWT memperingatkan kepada
Rasulullah saw nasihat yang pernah diberikan Luqman kepada putranya, waktu ia
memberi pelajaran kepada putranya itu. Nasihat itu ialah: "Wahai anakku,
janganlah engkau mempersekutukan sesuatu dengan Allah, sesungguhnya
mempersekutukan Allah itu adalah kelaliman yang sangat besar.
Mempersekutukan Allah dikatakan kelaliman, karena perbuatan itu berarti menempatkan sesuatu tidak pada tempatnya, yaitu menyamakan sesuatu yang melimpahkan nikmat dan karunia itu. Dalam hal ini menyamakan Allah SWT sebagai sumber nikmat dan karunia dengan patung-patung yang tidak dapat berbuat sesuatupun. Dikatakan bahwa perbuatan itu adalah kelaliman yang besar, karena yang disamakan itu ialah Allah Pencipta dan Penguasa semesta alam, yang seharusnya semua makhluk mengabdi dan menghambakan diri kepada Nya.
Diriwayatkan oleh Bukhari dan Ibnu Masud, ia berkata: tatkala turun ayat:
Mempersekutukan Allah dikatakan kelaliman, karena perbuatan itu berarti menempatkan sesuatu tidak pada tempatnya, yaitu menyamakan sesuatu yang melimpahkan nikmat dan karunia itu. Dalam hal ini menyamakan Allah SWT sebagai sumber nikmat dan karunia dengan patung-patung yang tidak dapat berbuat sesuatupun. Dikatakan bahwa perbuatan itu adalah kelaliman yang besar, karena yang disamakan itu ialah Allah Pencipta dan Penguasa semesta alam, yang seharusnya semua makhluk mengabdi dan menghambakan diri kepada Nya.
Diriwayatkan oleh Bukhari dan Ibnu Masud, ia berkata: tatkala turun ayat:
الَّذِينَ آمَنُوا وَلَمْ
يَلْبِسُوا إِيمَانَهُمْ بِظُلْمٍ أُولَئِكَ لَهُمُ الأمْنُ وَهُمْ مُهْتَدُونَ
Artinya:
Orang-orang yang beriman dan tidak mencampur adukkan iman mereka dengan kelaliman (syirik), mereka itulah orang-orang yang mendapat keamanan, dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk. (Q.S. Al An'am: 82)
Orang-orang yang beriman dan tidak mencampur adukkan iman mereka dengan kelaliman (syirik), mereka itulah orang-orang yang mendapat keamanan, dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk. (Q.S. Al An'am: 82)
Maka timbullah keresahan di antara para sahabat Rasulullah saw karena mereka berpendapat bahwa amat beratlah rasanya tidak mencampur adukkan keimanan dan kelaliman, lalu mereka berkata kepada Rasulullah saw: "Siapakah di antara kami yang tidak mencampur adukkan keimanan dan kelaliman? Maka Rasulullah menjawab: "Maksudnya bukan demikian, apakah kamu tidak mendengar perkataan Luqman: "Hai anakku, jangan kamu memperserikatkan sesuatu dengan Allah, sesungguhnya mempersekutukan Allah adalah kelaliman yang besar"
.
Dari ayat ini dipahami bahwa di antara kewajiban ayah kepada anak-anaknya ialah memberi nasihat dan pelajaran, sehingga anak-anaknya itu dapat menempuh jalan yang benar, dan menjauhkan mereka dari kesesatan. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT:
Dari ayat ini dipahami bahwa di antara kewajiban ayah kepada anak-anaknya ialah memberi nasihat dan pelajaran, sehingga anak-anaknya itu dapat menempuh jalan yang benar, dan menjauhkan mereka dari kesesatan. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ
نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ
Artinya:
"Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu". (Q.S. At Tahrim: 6)
"Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu". (Q.S. At Tahrim: 6)
Jika diperhatikan susunan kalimat ayat ini, maka dapat diambil kesimpulan bahwa Luqman sangat melarang anaknya melakukan syirik. Larangan ini adalah suatu larangan yang memang patut di sampaikan Luqman kepada putranya karena mengerjakan syirik itu adalah suatu perbuatan dosa yang paling besar
.
Anak adalah sambungan hidup dari orang tuanya, cita-cita yang tidak mungkin dapat dicapai orang tua selama hidup di dunia diharapkannyalah anaknya yang akan mencapainya. Demikian pula kepercayaan yang dianut orang tuanya di samping budi pekerti yang luhur sangat diharapkannya agar anak-anaknya menganut dan memiliki semuanya itu di kemudian hari. Seakan-akan dalam ayat ini diterangkan bahwa Luqman telah melakukan tugas yang sangat penting kepada anaknya, yaitu telah menyampaikan agama yang benar dan budi pekerti yang luhur. Cara Luqman menyampaikan pesan itu wajib dicontoh oleh setiap orang tua yang mengaku dirinya muslim.
Anak adalah sambungan hidup dari orang tuanya, cita-cita yang tidak mungkin dapat dicapai orang tua selama hidup di dunia diharapkannyalah anaknya yang akan mencapainya. Demikian pula kepercayaan yang dianut orang tuanya di samping budi pekerti yang luhur sangat diharapkannya agar anak-anaknya menganut dan memiliki semuanya itu di kemudian hari. Seakan-akan dalam ayat ini diterangkan bahwa Luqman telah melakukan tugas yang sangat penting kepada anaknya, yaitu telah menyampaikan agama yang benar dan budi pekerti yang luhur. Cara Luqman menyampaikan pesan itu wajib dicontoh oleh setiap orang tua yang mengaku dirinya muslim.
Penjelasan
ayat 14
(وَوَصَّيْنَا الإنْسَانَ
بِوَالِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُ وَهْنًا عَلَى وَهْنٍ وَفِصَالُهُ فِي عَامَيْنِ
أَنِ اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ إِلَيَّ الْمَصِيرُ/
Dan Kami perintahkan
kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya
dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun.
Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah
kembalimu.)
Allah
memerintahkan kepada manusia agar berbakti kepada kedua orang tuanya, dengan
mencontoh dan melaksanakan haknya. Pada ayat-ayat lain juga Allah memerintahkan
yang demikian, firman Nya:
وَقَضَى رَبُّكَ أَلا
تَعْبُدُوا إِلا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا
Artinya:
Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia, dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. (Q.S. Al Isra': 23)
Kemudian disebut pula dalam ayat ini sebab-sebab diperintahkan berbuat baik kepada ibu, yaitu:
1. Ibu mengandung seorang anak sampai ia dilahirkan, selama masa mengandung itu ibu menahan dengan sabar penderitaan yang cukup berat, mulai pada bulan-bulan pertama, kemudian kandungan itu semakin lama semakin berat, dan ibu semakin lemah, sampai ia melahirkan. Kemudian baru pulih kekuatannya setelah habis masa nifasnya.
2. Ibu menyusukan anaknya sampai masa dua tahun. Amat banyak penderitaan dan kesukaran yang dialami ibu dalam masa menyusukan anak itu. Hanyalah Allah yang mengetahui segala penderitaan itu.
Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia, dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. (Q.S. Al Isra': 23)
Kemudian disebut pula dalam ayat ini sebab-sebab diperintahkan berbuat baik kepada ibu, yaitu:
1. Ibu mengandung seorang anak sampai ia dilahirkan, selama masa mengandung itu ibu menahan dengan sabar penderitaan yang cukup berat, mulai pada bulan-bulan pertama, kemudian kandungan itu semakin lama semakin berat, dan ibu semakin lemah, sampai ia melahirkan. Kemudian baru pulih kekuatannya setelah habis masa nifasnya.
2. Ibu menyusukan anaknya sampai masa dua tahun. Amat banyak penderitaan dan kesukaran yang dialami ibu dalam masa menyusukan anak itu. Hanyalah Allah yang mengetahui segala penderitaan itu.
Dalam ayat ini hanya yang disebutkan apa sebabnya seorang anak harus menaati dan berbuat baik kepada ibunya, tidak disebutkan apa sebabnya seorang anak harus menaati dan berbuat baik kepada bapaknya. Hal ini menunjukkan bahwa kesukaran dan penderitaan dalam mengandung, memelihara dan mendidik anaknya jauh lebih berat bila dibandingkan dengan penderitaan yang dialami bapak dalam memelihara anaknya tidak hanya berupa pengorbanan sebagian dari waktu hidupnya untuk memelihara anaknya, tetapi juga penderitaan jasmani, rohani dan penyerahan sebagian zat-zat penting dalam tubuhnya untuk makanan anaknya yang dihisap oleh anak itu dan darahnya sendiri selama anaknya itu dalam kandungannya. Kemudian sesudah si anak lahir ke dunia lalu disusukannya dalam masa dua tahun lamanya. Air susu ibu (ASI) ini juga terdiri dari zat-zat penting dalam darah ibu, yang disuguhkannya kepada anaknya dengan rela kasih sayang untuk dihisap anaknya itu. Dalam ASl ini terdapat segala macam zat yang diperlukan untuk pertumbuhan jasmani dan rohani anak itu, dan untuk mencegah segala macam penyakit. Zat-zat ini tidak terdapat pada susu sapi, oleh sebab itu susu sapi dan yang sejenisnya tidak akan sama mutunya dengan ASI bagaimanapun mengusahakan agar sama mutunya. Maka segala macam bubuk susu, atau susu kaleng yang dikenal dengan istilah Susu Kental manis (SKM) tidak ada yang sama mutunya dengan ASI.
Sebab seorang ibu haruslah menyusui anaknya yang dicintainya itu dengan ASI, janganlah hendaknya dia menggantikannya dengan bubuk susu atau SKM, kecuali dalam hal yang amat memaksa. Apalagi mendapatkan ASI dari ibunya adalah hak anak itu, dan menyusukan anak adalah suatu kewajiban yang telah dipikulkan oleh Allah SWT kepada ibunya.
Oleh karena hal-hal yang disebutkan itu, maka dalam ayat ini Allah SWT hanya menyebutkan sebab-sebabnya manusia harus menaati dan berbuat baik kepada ibunya. Nabi saw sendiri memerintahkan agar seorang anak lebih mendahulukan berbuat baik kepada ibunya dari pada kepada bapaknya, sebagaimana diterangkan dalam hadis:
عَنْ بَهْزِ بْنِ حَكِيمٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ جَدِّهِ قَالَ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَنْ أَبَرُّ قَالَ أُمَّكَ قَالَ قُلْتُ ثُمَّ مَنْ قَالَ أُمَّكَ قَالَ قُلْتُ ثُمَّ مَنْ قَالَ أُمَّكَ قَالَ قُلْتُ ثُمَّ مَنْ قَالَ ثُمَّ أَبَاكَ ثُمَّ الْأَقْرَبَ فَالْأَقْرَبَ
Artinya:
"Dari Bahaz bin Hakim, dari bapaknya, dari kakeknya, ia berkata "Aku bertanya Ya Rasulullah. kepada siapakah aku wajib berbakti?" Jawab Rasulullah . "Kepada ibumu". Aku bertanya: "Kemudian kepada siapa?". Jawab Rasulullah: "Kepada ibumu". Aku bertanya: "Kemudian kepada siapa lagi?". Jawab Rasulullah: "Kepada ibumu". Aku bertanya: "Kemudian kepada siapa lagi?". Jawab Rasulullah: "Kepada bapakmu". Kemudian kepada kerabat yang lebih dekat. kemudian kerabat yang lebih dekat". (H.R. Abu Daud dan Tirmizi, dikatakan sebagai hadis hasan)
Adapun tentang lamanya menyusukan anak, maka Al-Qur’an memerintahkan agar seorang ibu menyusukan anaknya paling lama dalam masa dua tahun, sebagai yang diterangkan dalam ayat ini, dengan firman Nya" dan menyapihnya dalam masa dua tahun" sebagai disebutkan di atas. Dalam ayat-ayat yang lainpun Allah SWT menentukan lamanya menyusukan anak itu, yaitu selama dua tahun juga. Allah SWT berfirman:
وَالْوَالِدَاتُ يُرْضِعْنَ
أَوْلادَهُنَّ حَوْلَيْنِ كَامِلَيْنِ لِمَنْ أَرَادَ أَنْ يُتِمَّ الرَّضَاعَةَ
Artinya:
Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. (Q.S. Al Baqarah: 233)
Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. (Q.S. Al Baqarah: 233)
Firman Nya lagi:
وَحَمْلُهُ وَفِصَالُهُ
ثَلاثُونَ شَهْرًا
Artinya:
Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan". (Q.S. Al Ahqaf: 15)
Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan". (Q.S. Al Ahqaf: 15)
Maksudnya:
Lamanya seorang ibu mengandung anaknya. ialah enam bulan (dan ini adalah masa
mengandung yang paling kurang), dan masa menyusukan ialah dua puluh empat
bulan.
Jadi menurut yang diajarkan oleh Al-Qur’an, seorang ibu menyusukan anaknya hendaklah dalam masa dua tahun. Pada ayat 233 surat Al Baqarah di atas diterangkan bahwa masa menyusukan yang dua tahun itu adalah bagi seorang ibu yang hendak menyusukan anaknya dengan sempurna. Maksudnya, bila ada sesuatu halangan, atau masa dua tahun itu dirasakan amat berat, maka boleh dikurangi.
Jadi menurut yang diajarkan oleh Al-Qur’an, seorang ibu menyusukan anaknya hendaklah dalam masa dua tahun. Pada ayat 233 surat Al Baqarah di atas diterangkan bahwa masa menyusukan yang dua tahun itu adalah bagi seorang ibu yang hendak menyusukan anaknya dengan sempurna. Maksudnya, bila ada sesuatu halangan, atau masa dua tahun itu dirasakan amat berat, maka boleh dikurangi.
Penentuan dari Allah SWT bahwa masa menyusukan itu adalah dua tahun, adalah pengaturan dari Tuhan untuk menjarangkan kelahiran. Dengan menjalankan pengaturan yang alamiyah ini seorang ibu hanya akan berputra paling rapat sekali dalam masa tiga tahun, atau kurang sedikit. Sebab dalam masa menyusukan, seorang wanita dianjurkan jangan dalam keadaan mengandung.
Kemudian Allah SWT menjelaskan yang dimaksud dengan "berbuat baik" yang diperintahkan Nya dalam ayat 14 ini, yaitu agar manusia selalu bersyukur setiap saat menerima nikmat-nikmat yang telah dilimpahkan Nya kepada mereka setiap saat, dengan tiada putus-putusnya, dan bersyukur pula kepada ibu bapak karena ibu bapak itulah yang membesarkan, memelihara, dan mendidik dan bertanggung jawab atas diri mereka, sejak dalam kandungan sampai kepada saat mereka sanggup berdiri sendiri. Dalam waktu-waktu itu ibu bapak menanggung segala macam kesusahan dan penderitaan, baik dalam menjaga diri maupun dalam usaha mencarikan nafkahnya.
Ibu bapak dalam ayat ini disebut secara umum, tidak dibedakan antara ibu bapak yang muslim dengan yang kafir. Karena itu dapat disimpulkan suatu hukum berdasarkan ayat ini, yaitu seorang anak wajib berbuat baik kepada ibu bapaknya, apakah ibu bapaknya itu muslim atau kafir.
Di Samping yang disebutkan ada lagi beberapa hal yang mengharuskan anak menghormati dan berbuat baik kepada ibu bapak, yaitu:
1. Ibu dan bapak telah mencurahkan kasih sayangnya kepada anak-anaknya. Cinta dan kasih sayang itu terwujud dalam berbagai bentuk, di antaranya ialah usaha-usaha memberi nafkah, mendidik dan menjaga serta memenuhi keinginan-keinginan anaknya. Usaha-usaha yang tidak mengikat itu dilakukan tanpa mengharapkan balasan sesuatupun dari anak-anaknya, kecuali agar anak-anaknya di kemudian hari berguna bagi agama, nusa dan bangsa
2. Anak adalah buah hati dan pengarang jantung dari ibu bapaknya, seperti yang disebutkan dalam suatu riwayat. Rasulullah saw bersabda: "Fatimah adalah buah hatiku".
3. Anak-anak sejak dari dalam kandungan ibu sampai dia lahir ke dunia dan sampai pula dewasa, makan, minum dan pakaian serta segala keperluan yang lain ditanggung ibu bapaknya.
Dengan perkataan lain dapat diungkapkan bahwa nikmat yang paling besar yang diterima oleh seorang manusia adalah nikmat dari Allah, kemudian nikmat yang diterima dari ibu bapaknya. Itulah sebenarnya Allah SWT meletakkan kewajiban berbuat baik kepada kedua orang ibu bapak, sesudah kewajiban beribadat kepada Nya.
Pada
akhir ayat ini Allah SWT memperingatkan bahwa manusia akan kembali kepada Nya,
bukan kepada orang lain. Pada saat itu Dia akan memberikan pembalasan yang adil
kepada hamba-hamba Nya. Perbuatan baik akan dibalasi pahala yang berlipat ganda
berupa surga yang penuh kenikmatan sedang perbuatan jahat akan dibalasi dengan
siksa berupa neraka yang menyala-nyala.
Penjelasan
ayat 15
(وَإِنْ جَاهَدَاكَ عَلى
أَنْ تُشْرِكَ بِي مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ فَلا تُطِعْهُمَا وَصَاحِبْهُمَا
فِي الدُّنْيَا مَعْرُوفًا وَاتَّبِعْ سَبِيلَ مَنْ أَنَابَ إِلَيَّ ثُمَّ إِلَيَّ
مَرْجِعُكُمْ فَأُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ /
Dan
jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada
pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan
pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang
kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, maka Ku-beritakan
kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.)
Ayat ini
menerangkan dalam hal tertentu, maka seseorang anak dilarang menaati ibu
bapaknya. yaitu jika ibu bapaknya memerintahkan kepadanya memperserikatkan
Allah, yang dia sendiri memang tidak mengetahui bahwa Allah SWT mempunyai
sekutu, karena memang tidak ada sekutu bagi Nya. Maka sepanjang pengetahuan
manusia Allah SWT tidak mempunyai sekutu. Manusia menurut nalurinya mengesakan
Tuhan.
Diriwayatkan bahwa ayat ini diturunkan berhubungan dengan Saad Abu Waqqas, ia berkata: "Tatkala aku masuk Islam ibuku bersumpah bahwa beliau tidak akan makan dan minum, sebelum aku meninggalkan agama Islam itu". Untuk itu pada hari pertama aka mohon agar beliau mau makan dan minum, tetapi beliau menolaknya dan beliau tetap bertahan pada pendiriannya. Pada hari kedua aku juga mohon agar beliau mau makan dan minum, tetapi beliau malah tetap pada pendiriannya. Pada hari ketiga aku mohon kepada beliau agar beliau mau makan dan minum, tetapi beliau tetap menolaknya. Karena itu aku berkata kepadanya: "Demi Allah, seandainya ibu mempunyai seratus jiwa, niscaya jiwa itu akan keluar satu persatu, sebelum aku meninggalkan agama yang aku peluk ini". Setelah ibuku melihat keyakinan dan kekuatan pendirianku, maka beliaupun makan".
Dari sebab turunnya ayat ini diambil kesimpulan
bahwa Saad tidak berdosa, karena tidak mengikuti kehendak ibunya untuk kembali
kepada agama syirik. Hukum ini berlaku pula untuk seluruh umat Nabi Muhammad
yang tidak boleh taat kepada orang tuanya mengikuti agama syirik dan perbuatan
dosa yang lain.
Selanjutnya Allah SWT memerintahkan agar seorang anak tetap memperlakukan kedua ibu bapaknya dengan baik yang memaksanya mempersekutukan Tuhan itu dalam urusan keduniawian, seperti menghormati, menyenangkan hati, memberi pakaian, tempat tinggal yang layak baginya, biarpun kedua orang tuanya itu memaksanya mempersekutukan Tuhan atau melakukan dosa yang lain
. Pada
ayat yang lain diperingatkan bahwa seseorang anak wajib mengucapkan kata-kata
yang baik kepada ibu bapaknya. Jangan sekali-kali bertindak atau mengucapkan
kata-kata yang menyinggung hatinya, walaupun kata-kata itu "ah"
sekalipun. Allah SWT berfirman:
فَلا تَقُلْ لَهُمَا أُفٍّ
Artinya:
"... maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah". (Q.S. Al Isra': 23
"... maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah". (Q.S. Al Isra': 23
Setelah
Allah melarang seorang anak menaati perintah orang tuanya memperserikatkan
Tuhan, maka pada akhir ayat ini kaum Muslimin diperintahkan agar mengikuti
jalan orang yang menuju kepada Allah, Tuhan Yang Maha Esa saja. Janganlah
diikuti jalan orang yang memperserikatkan Allah dengan makhluk Nya. Kemudian
ayat ini ditutup dengan peringatan dari Tuhan bahwa hanya kepada-Nyalah aku
kembali dan Tuhan akan memberitahukan kepadanya apa-apa yang telah dikerjakan
selama hidup di dunia.
Ayat 14 dan 15 di atas seakan-akan memutuskan perkataan Luqman kepada anaknya. Pada ayat 13 diterangkan wasiat Luqman kepada anaknya, sedangkan ayat 14 dan 15 merupakan perintah Allah kepada orang-orang yang beriman agar berbuat baik kepada orang tua mereka. Kemudian pada ayat 16 kembali diterangkan wasiat Luqman kepada anaknya. Cara penyampaian yang demikian itu adalah untuk mengingatkan orang-orang yang beriman bahwa beriman hanya kepada Allah dan berbuat baik kepada orang tua itu adalah suatu perbuatan yang wajib dilakukan oleh setiap anak dan wajib disampaikan oleh orang tua kepada anaknya, seperti telah dilakukan oleh Luqman kepada anaknya.
Penjelasan
ayat 16
(يَا بُنَيَّ إِنَّهَا
إِنْ تَكُ مِثْقَالَ حَبَّةٍ مِنْ خَرْدَلٍ فَتَكُنْ فِي صَخْرَةٍ أَوْ فِي
السَّمَاوَاتِ أَوْ فِي الأرْضِ يَأْتِ بِهَا اللَّهُ إِنَّ اللَّهَ لَطِيفٌ
خَبِيرٌ /
(Lukman berkata):
"Hai anakku, sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi,
dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan
mendatangkannya (membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha
Mengetahui)
Luqman
mewasiatkan kepada anaknya agar selalu waspada terhadap rayuan yang telah
mengajak dan mempengaruhi manusia melakukan perbuatan-perbuatan dosa. Apa yang
dilakukan manusia, sejak dari yang besar sampai yang sekecil-kecilnya, yang
nampak dan yang tidak nampak, yang terlihat dan yang tersembunyi baik di langit
maupun di bumi, pasti diketahui Allah Karena itu Allah pasti akan memberikan
pembalasan yang setimpal dengan perbuatan manusia itu; perbuatan baik akan
dibalasi dengan surga yang penuh kenikmatan, sedang perbuatan jahat dan dosa
akan dibalasi dengan neraka yang menyala-nyala. Pengetahuan Allah meliputi
segala sesuatu yang tidak ada sedikitpun yang luput dari pengetahuan Nya.
Keadilan Allah SWT dalam menimbang perbuatan manusia itu dilukiskan dalam firman Nya:
وَنَضَعُ الْمَوَازِينَ
الْقِسْطَ لِيَوْمِ الْقِيَامَةِ فَلا تُظْلَمُ نَفْسٌ شَيْئًا
Artinya:
Kami akan memasang timbangan yang tepat pada hari kiamat, maka tiadalah dirugikan seseorang barang sedikitpun. (Q.S. Al Anbiya: 47)
Kami akan memasang timbangan yang tepat pada hari kiamat, maka tiadalah dirugikan seseorang barang sedikitpun. (Q.S. Al Anbiya: 47)
Penjelasan ayat 17
(يَا بُنَيَّ أَقِمِ
الصَّلاةَ وَأْمُرْ بِالْمَعْرُوفِ وَانْهَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَاصْبِرْ عَلَى مَا
أَصَابَكَ إِنَّ ذَلِكَ مِنْ عَزْمِ الأمُورِ /
Hai
anakku, dirikanlah salat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan
cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang
menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan
(oleh Allah).)
Pada
ayat ini Luqman mewasiatkan kepada anaknya:
1. Selalu mendirikan salat dengan sebaik-baiknya, sehingga salat itu diridai Allah. Jika salat yang dikerjakan itu diridai Allah perbuatan keji dan perbuatan mungkar dapat dicegah. Jika tetap demikian halnya, maka jiwa menjadi bersih, tidak ada kekhawatiran terhadap diri orang itu, dan mereka tidak akan bersedih hati jika ditimpa cobaan Tuhan.
2. Berusaha mengajak manusia mengerjakan perbuatan-perbuatan baik yang diridai Allah dan berusaha agar manusia tidak mengerjakan perbuatan-perbuatan dosa, berusaha membersihkan jiwa dan mencapai keberuntungan. Allah SWT berfirman:
قَدْ أَفْلَحَ مَنْ
زَكَّاهَا وَقَدْ خَابَ مَنْ دَسَّاهَا
Artinya:
Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang menyucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang-orang yang mengotorinya (Q.S. As Syams: 9-10)
Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang menyucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang-orang yang mengotorinya (Q.S. As Syams: 9-10)
3. Selalu bersabar terhadap segala macam cobaan yang menimpa, akibat dari mengajak manusia berbuat baik dan meninggalkan perbuatan yang mungkar, baik cobaan itu dalam bentuk kesenangan dan kemegahan, maupun dalam bentuk kesengsaraan dan penderitaan.
Pada
akhir ayat ini Allah menerangkan sebabnya Dia memerintahkan tiga hal tersebut
di atas, yaitu karena hal-hal itu merupakan pekerjaan yang diwajibkan Allah
kepada hamba-hamba Nya, amat besar faedahnya bagi yang mengerjakannya dan
memberi manfaat di dunia dan di akhirat.
E. Kesimpulan
1. Mengukuhkan tauhid dan
mebuang jauh kemusyrikan.
2. Menjelaskn hikmah, yaitu
syukue kepada Allah dengan mentaati dan mengingat-Nya, karena tidak bersyukur
kecuali orang yang berakal dan mengerti.
3. Disyariatkan memberikan
nasihat dan pelajaran baik bagi orang tua dan muda, bagi kerabat dan bukan
kerabat.
4. Mewaspadai kemusyrikan dan
kemusyrikan itu suatu kezaliman yang besar.
5. Menjelaskan masa menyusui
anak, yaitu tidak lebih dari dua tahun
6. Menetapkan prinsip tidak
boleh taat kepada makhluk dalam hal maksiat kepada Allah dengan tidak mentaati
kedua orangtua dalam hal yang tidak baik.
7. Wajib mentaati jalan
orang-orang yang beriman yang konsisten dalam mentaati Allah.
8. Wajib selalu merasa
diawasi Allah dan tidak menganggap remeh kebaikan dan keburukan walaupu kecil.
9. Wajib menegakkan shalat,
memerintahkan kebaikan, mencegah kemunkaran, serta sabar mengahadapi
penderitaan karena memerintahkan kebaikan dan mencegah kemunkaran tersebut.
10. Haram bersikap sombong dalam berjalan, wajib sederhana dalam
berjalan, berbicara, sehingga tidak cepat dalam berjalan dan tidak meninggikan
suara kecuali sesuai dengan kebutuhan.
F. PROBLEMATIKA
SEKARANG
*Orang tua zaman
sekarang hanya mendidik dibidang umum yang berhubungan dengan dunia kerja tanpa
diimbangi pengetahuan Agama.
*Minimnya pesan Tauhid dari
orang tua kepada anaknya.
*pengaruh IT yang berlebihan
tanpa ada control orang tua.
G. NILAI-NILAI PENDIDIKAN DALAM AYAT
Yang harus ditanamkan
dalam pendidikan anak adalah :
1. Menanamkan keimanan dan ketauhidan
kepada anak.
2. Memerintahkan anak untuk berbuat
baik kepada kedua orang tua.
3. Menanamkan rasa diawasi Allah.
4. Menegakkan shalat.
5. Melakukan amar makruf (memrintahkan kebaikan) dan nahi munkar
(mencegah kemunkaran).
6. Sabar dalam menghadapi segala cobaan.
7. Tidak bersikap sombong.
8. Sederhana dalam berjalan dan
berbicara.
Powered by
2013
MAKALAH
TAFSIR TARBAWI
AYAT-AYAT
AL-QUR’AN TENTANG IBADAH
DOSEN PENGAMPU
Drs.H,Sholihin M.ag
KELAS III/VI. C
Kelompok 1
Siti nafi’atun
Imam turmudzi
Umi salamah
Didik heru
M. Ja’iz
Andika rangga
Mujianah
STIT AL- MUSLIHUUN
TLOGO KANIGORO BLITAR
Februari 2013
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Alah
Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang, Alhamdulillah, puji syukur penulis
panjatkan kepada Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat, taufiq dan
hidayah-Nya, sehingga penulisan laporan ini dapat terselesaikan.
Dengan sholawat serta
salam semoga terlimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW.Nabi akhir jaman, yang telah
menghantarkan umatnya mulai dari jaman jahiliyah menuju jaman keemasan dengan
cahaya din al islam.
Penulis merasa
berhutang budi kepada berbagai pihak yang telah memberikan jasa serta
bantuannya, sebagai tuntutan moral tertinggi, penulis hanya dapat mengucapkan
banyak terima kasih, semoga jasa dan bantuan beliau semua diridhoi oleh Allah
SWT, terutama sekali kepada :
1.
Bapak Drs. H.Sholihin M.ag selaku
dosen pengampu mata kuliah Tafsir tarbawi.
2.
Kepada semua pihak yang cinta dan bangga
dengan Negara Indonesia.
3.
Kepada semua tokoh masyarakat yang
ikut mencerdaskan moral spiritual di berbagai lapisan masyarakat.
4.
Teman-teman III/VI.C, calon dan
sebagai tokoh masyarakat.
Penulis menyadari masih banyak
kekurangan,saran dan kritik dari semua pihak sangat kami harapkan demi
kesempurnaannya.
Semoga segala bantuan dan bimbingan mendapat balasan
dari Allah SWT, dengan harapan semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi semua
pihak serta mohon maaf atas segala kekurangannya.
Blitar, Februari 2013
Penulis
http//staff.stieken.ac.id/turmudzi
izin copy yah kk untuk jadikan materi makalah
ReplyDeleteOke, subscribe dulu channel yutub saya
DeleteBest Gambling Sites in India for 2021 - Play Casino Sites
ReplyDeleteBest Gambling Sites in India for 위닉스 먹튀 2021 버 슬롯 · Betway Casino · LVC 아 샤벳 Holdings · Betway Casino · Microgaming. · NetBet. you bet · Betway Rating: 5 · 룰렛 배팅 Review by CasinoSites.one