SANTRI DAN TANTANGAN
Oleh : Fatchul
Mu’in Az-Zuhairy
S
|
antri adalah seseorang yang
belajar ilmu agama kepada seorang Kyai baik ia tinggal diasrama yang telah
disediakan maupun tidak. Namun pada umumnya santri tinggal diseuah asrama atau
yang disebut dengan pondok pesantren. Pesantren sendiri adalah bagian dari
pendidikan nonformal yang lebih mengedepankan akhlaq al-karimah atau
pendidikan karakter bangsa.
Tantangan Pesantren
Meskipun Pesantren bukanlah
pendidikan formal, namun output dari pesantren sangat berpengaruh dalam
kancah keislaman di masyarakat dalam bidang keagamaan maupun sosial. Ironisnya,
saat ini minat masyarakat terhadap pendidikan Pesantren semakin menurun dengan
terbukti menurunnya jumlah santri di Pondok Pesantren seluruh Nusantara.
Inilah tantangan Pesantren yang
hidup di era globalisasi dan modern. Keinginan manusia saat ini adalah terutama
di Indonesia yang masih merupakan negara berkembang, yang diinginkan
masyarakatnya adalah kesejahteraan. Sedangkan Pesantren tradisional yang ada ini
umumnya tidak memberikan life skill kepada santri untuk kehidupan
mendatang. Mungkin inilah (menurut hemat penulis) salah satu faktor
minimnya minat masyarakat terhadap Pesantren.
Pesantren saat ini dituntut untuk
mampu bersaing dengan gejolak zaman yang semakin cepat roda putarnya. Persaingan
ini bukan berarti Pesantren meninggalkan ke-khas-annya, tetapi dengan
prinsip yang telah diajarkan yakni “al-muhafadloh ala qodim al-shalih, wa
al-akhdzu bi al-jadid al-ashlah”, yaitu dengan tetap mempertahankan
nilai-nilai baku yang baik dan mengambil langkah baru yang dinilai lebih baik.
Selain itu, (menurut hemat
penulis) menurunnya kepercayaan masyarakat terhadap output Pesantren
saat ini. Bila pada awalnya alumnus dari Pesantren bisa menjadi tokoh atau
kader pejuang islam yang tangguh ketika dari kepulangannya, namun saat ini
kualitas santri sangat menurun drastis. Menurunnya kualitas santri juga
dipengaruhi oleh beberapa faktor.
Tantangan Santri Masa Kini
Selain zaman telah menguji sistem
pendidikan Pesantren, namun santripun sekarang ini telah diuji dengan berbagai
hal yang menyebabkan menurunnya minat santri dalam belajar atau menurunnya
penjiwaan dirinya sebagai santri. Tantangan-tantangan tersebut diantaranya
pengaruh kuat globalisasi, westernisasi, dan paham hedonisme.
Pengaruh kuat globalisasi seakan
menarik santri untuk mengajak ke dunia luar sana melalui berbagai media masa,
media komunikasi dll. Minat santri terhadap kitab kuning khasnya kini mulai
teralihkan dengan adanya TV, Internet, HP, dan situs jejaring sosial seperti
facebook, twetter, messenger dll.
Westernisasi atau ke-barat-an
(Eropa), pengaruh itu selain mulai mengakar ke seluruh pelosok negeri tetapi
juga mulai merambat ke dunia santri. Pengaruh kebarat-baratan yang dinilai
peradabannya lebih maju dan dengan berbagai alasan lainnya menyebabkan banyak
santri lebih memilih lagu-lagu barat ketimabang sholawat atau minimal lagu
dalam negeri. Selain gaya seperti itu, juga yang lebih parah lagi bila jiwa
santri yang seharusnya berpanutan pada Rosul SAW sebagai panutan mutlak, namun
santri saat ini mulai mengaca pada group-group (maaf) Punk, Reggae,
Emo,Metal dll.
Hedonisme atau suatu paham yang
mengganggap bahwa hidup di dunia ini hanya sekali maka poya-poya di dunia
adalah tujuannya. Terlihat mulai muncul gaya hidup berlebih dan mulai
meninggalkan unsur kesederhanaan.
Sedikit paparan di atas bila kita
kaji secara mendalam tampaklah jelas bahwa hal-hal tersebut telah menjadikan
minat belajar santri menurun dan mengurangi penjiwaan diri dari seorang santri.
Tanggung Jawab Santri
Tanggung jawab seorang santri
selain mengamalkan ilmunya untuk dirinya sendiri tetapi juga meneruskan merujuk
pada misi Rosul SAW yakni, menyebarkan syiar islam (balighuu anni walau ayah),
menyempurnakan akhlaq (Li utammima makarim al-akhlaq), dan bisa
dijadikan panutan dalam masyarakat (Uswah
Khasanah) setelah kepulangannya dari
Pesantren. Jadi, setelah kepulangannya dari Pesantren santri harus mampu
menampilkan dirinya sebagai seorang yang Shalih Ritual (hablu minallah) dan
Shalih Sosial (hablu minannaas).
Dakwah santri sepulang dari Pondok
Pesantren wajjib hukumnya, karena santri dipandang orang yang berkompeten
terhadap pemahaman agama islam. Dakwah yang dilakukan setidaknya seperti apa
yang telah tersurat dalam al-quran yakni bi al-hikmah, mauidhoh hasanah, dan
mujadala.
Santri juga harus bisa mejelmakan
diri menjadi agent of change, yakni agen dari sebuah perubahan. Perubahan
yang dimaksudkan adalah perubahan moral masyarakat melalui dakwah-dakwahnya
atau melalui pengajarannya.
Yang terakhir adalah harus bisa
dijadikan panutan dalam berbagai hal, seperti Nabi dalam Uswah Hasanah-nya.
Karena secara otomatis santri menjadi warotsah al ambiya’ atau pewaris
para Nabi dalam hal keilmuannya. Jadi, santri harus bisa menunjukkan akhlaknya
seperti akhlak para Nabi yang membawa risalah dari Ilahii.
No comments:
Post a Comment